Bicaranusantara.com, Jakarta Pusat
Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia (BMPTKKI) menyelenggarakan Kegiatan terkait Akreditasi Perguruan Tinggi bersama Dewan Eksekutif BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) Prof. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc dan Putra Nababan Anggota Komisi X DPR RI bertempat di STT RII Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa, 16/07/2024. Kegiatan dihadiri hampir dua ratus pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen (PTKK) dari berbagai daerah. Acara ini langsung dimoderatori Ketua BMPTKKI Assoc Prof.Dr. Stevri Lumintang.D. Ed. DD.
Dalam paparannya Dewan Eksekutif BAN- PT Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, MSc mengatakan bahwa kalau tidak terakdretasi maka Dikti akan menutup Perguruan Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku pada 18 Agustus 2018.
Prof Ari mengingatkan batas pengiriman data bagi Perguruan Tinggi yang belum mengajukan akreditasi dapat sesegera mungkin sebelum tanggal 18 Agustus melakukannya. Kalau tidak nanti akan dapat surat cinta (peringatan dari pemerintah).
“mengingat masalah ini berdampak besar bagi Mahasiswa dan dosen, maka BAN PT mengusulkan kepada Kementerian Kalau tidak lolos akreditasi BAN PT akan diberi waktu perbaikan 2 tahun untuk perguruan tinggi dan 1 tahun program studi,” jelasnya.
Mengenai Akreditas secara umum, Kalau input data secara baik dan benar mengikuti prosedur maka terkait perpanjangan akan berlaku otomatis.
Apabila data yang dikirim masuk kategori merah (tidak lengkap atau kurang benar dan tidak sesuai prosedur) maka akan langsung BAN PT lakukan kirim surat peringatan 1 dan 2.
Akreditasi dilakukan dengan Asesmen Lapangan, Asesor akan melakukan audit langsung ke perguruan tinggi terkait
“Akselerasi perguruan tinggi. Melalui reakreditasi. Instrumen penilaian masih yang lama dengan 9 kriteria. Nanti akan dapat predikat Baik, Baik Sekali atau Unggul. Akreditasi akan berlaku sampai 2029,” paparnya.
Sementara Putra Nababan yang juga anggota Komisi X DPR RI mengatakan bahwa pihaknya melihat secara makro kualitas pendidikan Indonesia. Kita ini sudah melewati bonus demografi.
“Saya semangat betul datang ke sini. Saya kira we are on the track. Saya berpihak bukan institusinya saya berpihak ke anak didiknya,” paparnya.
Putra Nababan berjanji akan mengawal permasalahan akreditasi dan siap membantu agar PTKK/ STT tetap dapat berkiprah asal siap berubah dan memperbaiki diri
Menjawab pertanyaan peserta seminar apa memungkinkan STT yang belum terakretasi sama sekali bisa diakreditasi, Prof Ari mengatakan sangat memungkin kendala hanya waktu yang semakin singkat. Makanya data perguruan tinggi segera dimasukkan secara online.
Ketua BMPTKKI Dr. Stevri Lumintang mengatakan 242 anggota BMPTKKI banyak diantaranya perlu dibantu dan perlu pendampingan. Bagi yang belum terakreditasi akan segera kami kirimkan data. Perlu dipahami secara geografis Indonesia sangat luas dan banyak juga Perguruan tinggi Keagamaan Kristen ada dipelosok pelosok tanah air. Maka kami memohon agar diperpanjang batas waktunya. Tidak dilakukan pada tanggal 18 Agustus, namun ditunda hinga 1 atau 2 tahun oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Lanjut Stevri bermohon kepada Prof Ari, jikalau diperkenankan permohonan BMPTKKI untuk mengadakan Program Percepatan Akreditasi yang langsung dilaksanakan oleh BAN-PT dengan memberikan pendampinhan sejumlah Asesor BAN-PT sampai “upload” dan diterima, sehingga tidak Perguruan Tinggi dan Prodi-Prodinya tidak ditutup.
“Suatu keprihatinan dari BMPTKKI bahwa Minimnya sertifikasi dosen, karena dijatah hanya 150 per tahun. Ini diperlu diperhatikan ada 6000 an dosen menunggu giliran.” Pada kesempatan itu Stevri Lumintang menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Benjamin Intan selaku Ketua STTRII yang telah memfasilitasi semua kegiatan dan bertindak sebagai tuan rumah.
Turut hadir dalam Seminar Akselerasi, Pengawas BMPTKKI, Prof Benyamin Intan, Dr Eliver Rajaguguk, pengurus BMPTKKI, Ketua Assoc Prof. Dr Harianto, Sekum Dr. Nasokhili Giawa, Bendum Dr. Antonius Natan, Dr Moses Wibowo, Dr. Marintan Sitorus, Dr. Bayu Kusumo, Dr. B. Panggabean, Dr. Marcus Oci, Dr. Amos Sukamto, Dr. Tomana Misterlian, Dr. Gunaryo Sudarmanto dan lain lain. (RED)