Karya : Carlla Paulina Waworuntu, S.Th., M.Th.
Resensi Novel
Judul : Jejak Injil di Tanah Minahasa
Penulis: Carlla Paulina Waworuntu, S.Th., M.Th.
Penerbit: PWGI.ORG
Tahun Terbit: 2025
- Tema dan Gagasan Utama
Novel ini menuturkan jejak historis masuknya Injil ke tanah Minahasa, namun tidak sekadar sebagai kronik misi, melainkan sebagai kisah manusia yang berjuang di antara adat, iman, dan perubahan zaman. Melalui tokoh-tokoh fiktif seperti Markus Lontoh, Maria Wenas, dan Opa Lukas, pembaca diajak menyelami dilema identitas dan iman di tengah benturan antara roh leluhur dan Injil Kristus.
Carlla Paulina Waworuntu menulis dengan empati teologis dan sensitivitas budaya, memadukan fakta sejarah NZG, Riedel, dan Schwarz dengan narasi fiksi yang hidup. Novel ini bukan sekadar literatur rohani, tetapi juga refleksi historis tentang lahirnya kesadaran iman pribumi yang menjadi fondasi berdirinya Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM).
- Gaya Narasi dan Struktur
Alur cerita dibingkai oleh tokoh cucu masa kini, Daniel, yang menemukan Alkitab tua peninggalan buyutnya. Dari sana, cerita mengalir melalui kilas balik ke abad ke-19, mempertemukan sejarah dengan imajinasi.
Bahasanya lembut namun tajam; dialog antar tokoh menampilkan pergulatan batin yang realistis: antara kesetiaan pada leluhur dan panggilan Injil.
Struktur novel ini dibangun secara kronologis dan bertahap, menyerupai proses pekabaran Injil itu sendiri:
• dari gelapnya perang adat,
• menuju pendidikan dan penyembuhan,
• hingga lahirnya jemaat pribumi yang mandiri.
Narasi yang padat riset ini tidak kehilangan sisi humanisnya. Pembaca dapat merasakan aroma tanah Minahasa, dentang gong walewangko, dan hangatnya semangat mapalus yang disulam dengan kasih Injil.
- Kekuatan Utama Novel
• Autentik secara historis: kisah misi NZG, tokoh Riedel & Schwarz, serta cikal bakal GMIM dituturkan dengan akurat dan kontekstual.
• Humanis dan inspiratif: menampilkan iman yang tumbuh bukan karena dogma, melainkan karena kasih dan pelayanan nyata melalui pendidikan & kesehatan.
• Teologis namun membumi: Injil tidak digambarkan sebagai “agama asing”, melainkan “kabar yang menjadi bagian dari identitas Minahasa.”
• Simbolisme kuat: air sungai tempat Markus & Maria dibaptis menjadi metafor pembasuhan sejarah lama menuju kehidupan baru. - Makna Kultural dan Teologis
Novel ini menegaskan bahwa pekabaran Injil bukan proses penjajahan, tetapi perjumpaan kasih yang melahirkan transformasi budaya.
Carlla menunjukkan bagaimana iman Kristen dapat berakar di tanah lokal tanpa mencabut akar budaya—sebuah model inkulturasi iman yang relevan bagi konteks Indonesia kini.
Ia juga membingkai ulang narasi kolonial: bukan dari perspektif misionaris asing, tetapi dari suara anak-anak Minahasa sendiri. Di sinilah letak kekuatan novel ini—memberi ruang bagi iman pribumi untuk berbicara.
- Nilai Sastra dan Spiritualitas
Jejak Injil di Tanah Minahasa menawarkan paduan unik antara roman sejarah, teologi kontekstual, dan spiritualitas budaya. Ia menggugah bukan hanya karena romantika masa lalu, tetapi karena mengajukan pertanyaan penting bagi masa kini:
“Apakah Injil masih dihidupi, atau hanya diingat sebagai cerita leluhur?”
Carlla tidak mengkhotbahkan; ia bercerita dengan kelembutan, menyentuh nurani pembaca untuk menelusuri ulang akar iman dan identitasnya.
- Relevansi Masa Kini
Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, novel ini menjadi pengingat bahwa iman yang berakar di tanah sendiri mampu bertahan dalam segala zaman.
Kisah Markus dan Maria mengajak pembaca generasi muda untuk melihat kembali bagaimana Injil pernah mengubah cara berpikir, belajar, dan mengasihi dalam konteks lokal.
Kesimpulan
Novel ini adalah karya lintas disiplin: teologi, sejarah, budaya, dan sastra berpadu harmonis. Membacanya seperti berjalan di tanah Minahasa—di mana setiap langkah mengandung doa dan sejarah iman yang hidup.
Sebuah bacaan wajib bagi pendidik Kristen, sejarawan gereja, dan siapa pun yang ingin memahami bagaimana Injil tumbuh dari tanah, bukan hanya ditanam dari langit.
(TIM PUBLIKASI PWGI)
