
Bicaramnusantara.com – Salatiga – Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-94, Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (GKJ) menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang menggugah semangat kebersamaan dan pembelajaran bersama antar gereja. Salah satu acara yang cukup berkesan adalah Tukar Pelayanan Firman (TPF), yang akan digelar pada dua tahap di bulan Februari 2025.
TPF menjadi peristiwa penting untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat kesatuan jemaat di bawah naungan Sinode GKJ. Sebagai sarana saling berbagi pengalaman dan saling belajar dari konteks pelayanan yang berbeda, TPF tidak hanya sekadar acara kunjungan ke jemaat, tetapi juga merupakan wujud nyata semangat kesatuan dalam tubuh gereja yang lebih luas di aras Sinode GKJ.
Pdt. Anugrah Kristian, S.Si, M.Si, Sekretaris Umum Sinode GKJ, mengungkapkan, “Kegiatan ini tidak hanya bertujuan mempererat hubungan antar gereja, tetapi juga untuk saling belajar dan mendukung pelayanan di setiap jemaat. Diharapkan setiap gereja dapat mengatur jadwal ibadah dengan bijaksana, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan maksimal.”
TPF akan dilaksanakan dalam dua tahap: pada hari Minggu, 9 Februari 2025, dan Minggu, 23 Februari 2025. Dalam kesempatan tersebut, pendeta-pendeta dari gereja yang berbeda akan saling bertukar tempat untuk melayani jemaat, serta berbagi wawasan dan perspektif dalam pelayanan Firman.
Semangat “Sangkul Sinangkul Ing Bot Repot”
Pdt. Yemima Widi Nurani, S.Si, Ketua Bidang Visitasi Sinode GKJ, menambahkan bahwa TPF mencerminkan semangat “sangkul sinangkul ing bot repot” yang berarti saling membantu dalam setiap keadaan.
“Dengan TPF, gereja-gereja di Sinode GKJ dapat saling belajar dan mempererat kesatuan jemaat sebagai keluarga Allah. Meski dengan kapasitas yang berbeda-beda, kita berharap dapat saling memahami dan mendukung satu sama lain dalam pelayanan,” ujarnya.
Membangun Jembatan Pembelajaran dan Persahabatan
Kegiatan ini juga memberikan kesempatan bagi pendeta untuk memperkaya pengalaman pelayanannya. Pdt. Apy Heny Hartiningsih, S.Th, M.Min salah satu redaktur pelaksana Tabloid Adi Yuswa Sinode GKJ, mengungkapkan kesan mendalam tentang TPF. Menurutnya, kehadiran pendeta dengan penampilan berbeda, seperti menyertakan paduan suata atau musik atau karawitan, memberikan inspirasi baru bagi jemaat yang dilayani “Jemaat terkesan dan mendapatkan pengalaman berbeda dalam pelayanan TPF,” ujar Pdt. Apy.
Tak hanya itu, banyak pendeta dari berbagai gereja yang turut merasakan manfaat TPF dalam memperkaya pengalaman dan wawasan. Pdt. Dr. Ir. Achmad S. Wiratmo, S.Th, M.Min, M.Pd.K, Pendeta Jemaat GKJ Pemalang, mengatakan bahwa TPF memberikan kesempatan untuk belajar dan berbagi pengalaman dalam pelayanan. “Ini adalah kesempatan berharga untuk menjalin persahabatan dengan jemaat dan rekan sesama pendeta,” tambahnya.
Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, S.Th, M.Th, MA, juga menyampaikan bahwa TPF memberikan kesempatan untuk melakukan sebuah proses belajar bersama, mendalami pelayanan di gereja yang berbeda. “Dengan cara ini, kita dapat mengambil hikmah dari gereja yang dilayani dan memberikan solusi serta kontribusi pada jemaat sesuai dengan kebutuhan gereja setempat,” jelas Pdt. Retno.
Sementara itu, Pdt. K.R.A.T. Drs. Dwi Anggono, M.Pd.K, menambahkan, TPF memberi kesempatan menarik untuk melayani jemaat yang baru dikenal dan belajar satu sama lain. Keberagaman gereja memberikan peluang untuk saling mendorong dan mengingatkan gereja akan fungsi dan tugasnya.

Dampak Positif bagi Setiap Jemaat
TPF juga membuka ruang bagi setiap gereja untuk belajar tentang keberagaman dalam pelayanan. Pdt. Devi Carolina de Wana, S.Si, Pendeta Jemaat GKJ Bandung, mengungkapkan pengalamannya mengikuti TPF ke GKJ Jenawi Sragen. “Saya tidak hanya mengenal jemaat dengan konteks yang berbeda, tetapi juga mendapat kesempatan untuk bertukar pikiran dengan majelis dan jemaat setempat,” ujarnya.
Menurut Pdt. Elizabet Emilia Putri, S.Si, pengalaman dalam TPF sangat berharga, karena memberikan kesempatan untuk belajar dan mengadaptasi hal-hal positif yang bisa diterapkan di gereja tempat ia melayani.
Dengan semua pengalaman berharga ini, TPF diharapkan tidak hanya menjadi acara bertukar pelayanan firman, tetapi juga menjadi sarana mempererat persaudaraan antar gereja, meningkatkan rasa solidaritas, dan menguatkan semangat pelayanan. Semangat kebersamaan yang tercipta melalui TPF ini diharapkan memberikan dampak positif bagi setiap jemaat, pendeta dan gereja yang terlibat, serta menjadi langkah nyata dalam menyongsong masa depan Gereja-Gereja Kristen Jawa yang terhimpun di Sinode GKJ. (sugeng ph/red)